Wartawarga

Minggu, 15 November 2015

Sebelum Kamu Menua Bersama Putraku, Sudikah Kamu Membaca Ungkapan Hatiku, Nak?

“Hanya ada dua perempuan yang akan selalu tinggal di hati seorang pria,
ibunya dan istrinya.”
Halo, anakku. Ya, aku rasa sudah saatnya aku memanggil kamu anakku juga.
Sudah lama aku mengenalmu, tapi baru sekarang aku berani bicara sedalam ini
padamu. Sebelumnya, interaksi yang kita berdua bagi hanya sebatas candaan
dan pembicaraan ringan seputar putraku. Apa kamu masih ingat saat kita
berdua tertawa terbahak-bahak membicarakan masa kecil putraku? Apa kamu
ingat ketika kita berdua mencoba membuat kue bersama saat akhir pekan? Aku
melihat putraku yang tersenyum bangga di balik dapur. Aku tahu, kamu adalah
perempuan terbaik yang dikirim Tuhan untuk putraku.
Anakku, aku tidak ragu sama sekali akan kesungguhan cintamu pada putraku.
Aku sadar dari sejak aku menggendongnya pertama kali dalam pelukanku
bahwa akan tiba hari dimana aku harus rela berbagi cintanya dengan seorang
perempuan yang dipilihnya. Untuk itu, aku tidak akan bisa menandingi. Aku
tidak dipilihnya untuk menjadi ibunya, tetapi kamu dipilihnya untuk menjadi
pendampingnya. Tidak perlu kamu meragukan cintanya karena aku melihatnya
sendiri, lewat matanya, yang dulu hanya ada aku, Ayahnya dan saudaranya.
Kini, semakin dekat hari di mana kalian akan menjalani hidup bersama, hatiku
yang hanya seonggok empang ini ingin kuperluas bak samudera. Baik hatimu
anakku, karena berkat hadirmu, putraku akhirnya siap menjadi pria seutuhnya.
Aku bersyukur atas hal itu.
Rasanya baru kemarin aku jadi wanita nomor satu di hidupnya, akulah
sandaran utamanya dan sosok mungilnya yang baru bisa berjalan menggapaigapai
ke arahku. Namun kini, anakku, kaulah yang akan menjadi pendorong
utamanya, kaulah yang akan menjadi jangkar yang menstabilkan hari-harinya.
Kehormatan yang ingin kupegang selamanya ini dengan yakin akan kulepas
dan kuteruskan padamu. Satu pintaku, jagalah dan jadilah kuat, karena kita
wanita, ditakdirkan untuk menjadi penopang suami, dan tentunya keluargamu
kelak.
Nak, hari-harimu ke depan tidak akan semudah ketika kalian sedang dimabuk
asmara. Ada kehidupan yang harus dijalani, dinafkahi dan dibangun, berulangulang
kali, ketika goyah dan berantakan. Aku percaya, dirimu dan putraku
adalah pasangan yang akan saling melengkapi. Bukan hanya karena hari di
mana putraku berlutut dan meraih tanganku, meminta restuku untuk
menikahimu dan menunjukkan kesungguhan kasihnya pada dirimu, namun
karena aku membesarkannya untuk menjadi seorang lelaki sejati.
Percayalah dirimu sudah mempercayakan masa depanmu ke tangan pria yang
tepat. Bersama-sama, bangunlah impian kalian dan jaga komitmen yang sudah
kalian bangun. Jadilah sosok orang tua yang dapat diteladani oleh anak-anak
kalian nantinya. Hanya itu harapanku sebelum tutup usia,dan aku tahu kalian
sudah setengah jalan memenuhinya.
Anakku, begitu indah dirimu membawa ketenangan dalam batinku. Kalau
pernah hadir ragu dalam hati kecilmu, jangan takut. Meskipun engkau tidak
datang dari kandunganku, kau juga sekarang adalah putriku. Apa yang aku
punya sekarang juga adalah milikmu. Aku minta padamu, anggaplah juga aku
sebagai ibu yang bisa kau andalkan. Tidak ada yang membuatku lebih bahagia
dari mengetahui bahwa dalam hatimu, aku pun ada di sana.
Terakhir, berbahagialah, anakku. Aku tahu tidak akan ada yang membuat
putraku lebih bahagia dari kehadiran dan kebahagiaanmu. Nikmatilah saat
senang dan sedih bersama, dan ketahuilah aku selalu ada di sana untuk kalian,
kapan pun kalian membutuhkanku. Jalani segalanya dengan mengandalkan
Yang Maha Kuasa dan jangan padamkan cinta bahkan hingga kalian
menimang buah hati.
Selamat datang, menantuku.
Dari ibu yang siap menerimamu masuk ke keluarga baru.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar