MANAJEMEN KEUANGAN
MANAJEMEN PERSEDIAAN
DOSEN :
KELAS :
NAMA ANGGOTA :
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015/2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang …………………………………………………….. .
II. Tujuan ……………………………………………………………..
III. Manfaat ……………………………………………………………..
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Persediaan …………………………………………….. 1.
II. Jenis-jenis Persediaan ……………………………………………..2.
III. Perputaran Persediaan …………………………………………… 3.
IV. Jenis-jenis Biaya Persediaan …………………………………….. 4.
V. Analisa Persediaan ………………………………………………... 5.
VI. Pengendalian Sistem Persediaan …………………………………. 6.
VII. Model Analisa Persediaan ………………………………………. 7.
VI.I. Just In Time ……………………………………………….......... 7.
VI.II. Outscourcing …………………………………………….......… 9.
VI.III. Sistem Pengendalian ABC …………………………............… 11.
VI.IV. Material Requitment ………………………………….....…… 13.
BAB III
PENUTUP
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan ridhonya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini kami susun untuk menambah wawasan tentang Manajemen Keuangan khususnya yang berkaitan dengan Manajemen Persediaan. Penulisan ini diharapkan mahasiswa lebih memahami secara detail tentang pentingnya Persediaan persediaan, jenis-jenis dan cara menentukan persediaan yang optimal. Dalam penulisan ini kami mencari referensi dari berbagai buku dan informasi-inforasi lain sehingga lebih menambah wawasan dalam penulisan ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan kami dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pertumbuhan perusahaan yang meningkat dalam rangka meraih pangsa pasar yang lebih besar dibutuhkan persediaan yang sangat besar dalam menunjang pertumbuhan penjualan perusahaan. Pengelolaan persediaan yang baik di perusahaan sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan penjualan. Kekurangan persediaan sangat menggagu jalannya operasional perusahaan yang selanjutnya akan menggangu strategi pemasaran perusahaan. Persediaan yang terlalu banyak diperusahaan juga akan mengakibatkan adanya kerusakan bahan baku yang menumpuk digudang dan kemungkinan menimbulkan biaya yang cukup besar Untuk itu dibutuhkan manajemen persediaan yang efektif agar perusahaan dapat menjalankan usahanya dengan lancar.
II. Tujuan
1. Apa pengertian persediaan ?
2. Apa jenis-jenis persediaan ?
3. Apa jenis biaya persediaan ?
4. Bagaimana analisa persediaan ?
5. Bagaimana sistem pengendalian persediaan ?
6. Bagaimana model analisa persediaan ?
7. Apa pengertian just in time ?
8. Apa pengertian outscourcing ?
9. Bagaimana sistem pengendalian abc ?
10. Apa materian requitment ?
III. Manfaat
Menjelaskan secara lebih rinci dan detail mengenai manajemen persediaan.Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat mempraktek kan konsep manajemen persediaan di dalam perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN PERSEDIAAN
Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, barang dalam proses manufaktur dan barang jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses.
Persediaan diterjemahkan dari kata “inventory” yang merupakan timbunan barang (bahan baku, komponen, produk setengah jadi atau produk akhir) yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safety atau buffer-stock) untuk manghadapi kelangkaan pada saat proses produksi sedang berlangsung.
I.I. Pengertian Persediaan/Inventory Menurut Para Ahli
1. Pengertian Inventory Menurut Koher, Eric L.A adalah baan baku dan penolong, barang jadi dan barang dalam produksi dana barang-barang yang tersedia, yang dimiliki dalam perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada pihak lain pada akhir periode
2. Pengertian Inventory Menurut Ristono (2009) adalah suatu teknik untuk manajemen material yang berkaitan dengan persediaan
3. Pengertian Inventory Menurut Lalu Sumayang (2003) Adalah simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi
4. Pengertian Inventory Menurut Hani Handoko (2000) adalah suatuistilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
II. JENIS-JENIS PERSEDIAAN
Menurut (Harnanto, 1994), bagi perusahaan dagang yang di dalam usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang-barang, pada umumnya jenis persediaan yang dimiliki adalah:
1. Persediaan barang dagang untuk menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali di masa yang akan datang. Barang-barang ini secara fisik tidak akan berubah sampai barang tersebut dijual kembali.
2. Lain-lain persediaan seperti umumnya supplies kantor dan alat-alat pembungkus dan lain sebagainya. Barang-barang ini biasanya akan dipakai dalam jangka waktu relatif pendek dan akan dibebankan sebagai biaya administratif dan umum atau biaya pemasaran.
Bagi perusahaan manufaktur yang di dalam usahanya mengubah bentuk atau menambah nilai kegunaan barang, pada umumnya mengklasifikasikan jenis-jenis persediaan ke dalam berbagai kelompok sebagi berikut:
1. Persediaan bahan baku untuk menyatakan barang-barang yang dibeli atau diperoleh dari sumber-sumber alam yang dimiliki dengan tujuan untuk diolah menjadi produk jadi.
2. Persediaan produk dalam proses meliputi barang-barang yang masih dalam pengerjaan yang memerlukan pengerjaan lebih lanjut sebelum barang itu dijual.
3. Persediaan produk jadi meliputi semua barang yang diselesaikan dari proses produksi dan siap untuk dijual.
4. Persediaan bahan penolong meliputi semua barang-barang yang dimiliki untuk keperluan produksi, akan tetapi tidak merupakan bahan baku yang membentuk produk jadi, yang termasuk dalam kelompok persediaan ini antara lain minyak pelumas untuk mesin-mesin pabrik, lem, benang untuk menjilid dan buku-buku pada perusahaan percetakan.
5. Lain-lain persediaan, misalnya supplier kantor, alat-alat pembungkus seperti halnya pada perusahaan dagang.
Perputaran persediaan merupakan salah satu ratio dari aktifitas. Dalam bisnis perdagangan, kita akan membeli secara grosir dengan harga beli tertentu, kemudian menjual dengan harga yang lebih mahal untuk mendapatkan untung/laba. Untuk mendapatkan untung/laba sebanyak-banyaknya maka harus menjual sebanyak-banyaknya.
Terkait dengan inventory, makin banyak inventory berarti akan banyak uang kas kita yang digunakan untuk membeli inventory. Uang kas yang banyak dipakai untuk membeli inventory ini akan mengurangi kas perusahaan kita dan kalau terlalu banyak yang dipakai bisa mengganggu arus kas (cash flow ) perusahaan. Di sisi lain kalau sedikit inventory kita tentu juga sulit menjual dengan cepat dan memuaskan pelanggan. Oleh karena itu jumlah barang/inventory harus cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tetapi juga baik dari sisi arus kas /cash flow.
Dengan pertimbangan di atas, diusahakan agar barang datang kemudian cepat jual, barang datang lagi dan jual lagi demikian seterusnya. Makin cepat perputaran ini, maka untung perusahaan akan semakin tinggi.
III.I. Manfaat Menghitung Perputaran Persediaan
Perhitungan Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) bagi suatu perusahaan sangatlah penting, yaitu antara lain :
1. Dapat diketahui apakah pengelolaan persediaan telah dilakukan dengan baik atau tidak.
2. Dapat diketahui kecepatan dari pergantian persediaan, dimana semakin tinggi pergantian persediaan, maka semakin tinggi biaya yang dapat dihemat sehingga laba perusahaan naik.
3. Pada dasarnya suatu perusahaan yang baik adalah apabila persediaan barang yang dijual/diproduksi cepat berganti sehingga biaya penyimpanan serta tingkat kerusakan barang semakin rendah yang dapat menyebabkan kenaikan laba perusahaan.
IV. JENIS-JENIS BIAYA PERSEDIAAN
Secara umum dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan.
Biaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pengadaan, biaya pembuatan, biaya penyimpanan dan biaya kekurangan persediaan.
1. Biaya pembelian (purchasing cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang.
2. Biaya pengadaan (procurement cost) dibedakan atas dua jenis asal usul barang, yaitu: Biaya pemesanan (ordering cost) adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan, dan lain-lain. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan.
3. Biaya pembuatan (setup cost) adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja, dan lain-lain.
4. Biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost) adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang.
Biaya ini meliputi: biaya memiliki persediaan (biaya modal), biaya gudang, biaya kerusakan dan penyusutan, biaya kadaluwarsa, biaya asuransi, biaya administrasi dan pemindahan.
5. Biaya kekurangan persediaan (shortage cost) adalah biaya yang timbul jika persediaan tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Biaya ini biasanya dapat diukur dari kuantitas yang tidak dapat dipenuhi, waktu pemenuhan dan biaya pengadaan darurat.
V. ANALISIS PERSEDIAAN
Berkembangnya dunia bisnis di Indonesia menyebabkan perusahaan harus bersaing secara sehat sehingga eksistensinya tetap bertahan dalam bisnis itu sendiri. Persaingan bisnis ini turut pula dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang dagang maupun manufaktur.
Agar kondisi perusahan tetap dapat bertahan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, perusahaan dituntut untuk selalu tanggap akan kebutuhan konsumennya yaitu :
1. Penyediaan barang yang lengkap.
2. Berkualitas.
3. Pelayanan yang memuaskan.
4. Keamanan.
5. Serta harga barang yang kompetitif.
Salah satu usaha yang paling penting yang harus dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang penjualan barang dagang maupun manufaktur adalah memperhatikan persediaan barang, dan pembelian barang yang untuk di jual (persediaan ini meliputi barang jadi maupun barang setengah jadi) oleh karenanya pihak perusahaan harus mampuh menganalisis dan membuat kebijakan strategis dalam memanejerialkan persediaan.
Selain itu perusahaan harus mempertahankan saldo persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya, namun dalam waktu yang sama juga mempertahankan saldo tersebut menjadi minimum. Ketika suatu perusahaan memliki persediaan yang berlebihan, dia akan mempunyai biaya-biaya operasi yang lebih tinggi, mengurangi solvabel, meningkatkan resiko kerugian terhadap kenaikan harga dan keusangan, dan sebagai tambahan, hal tersebut membatasi kesempatan perusahaan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan-kesempatan investasi yang lebih disukai.
VI. PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Pengendalian persediaan adalah merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan untuk keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin. Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan karena menyebabkan terlalu tingginya beban-beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan selama penyimpanan di gudang. Disamping itu juga persediaan yang terlalu besar berarti terlalu besar juga barang modal yang menganggur dan tidak berputar. Begitu juga sebaliknya kekurangan persediaan (out of stock) dapat menganggu kelancaran proses produksi sehingga ketepatan waktu pengiriman sebagaimana telah ditetapkan oleh pelanggan tidak terpenuhi yang ada sehingga pelanggan lari ke perusahaan lain. Singkatnya pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha penyediaan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses produksi sehingga dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan bahan serta dapat diperoleh biaya persediaan yang sekecil-kecilnya.
VI.I. Tujuan Pengendalian Persediaan
Pada dasarnya pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu kelancaran proses produksi melayani kebutuhan perusahaan akan bahan-bahan atau barang jadi dari waktu ke waktu. Sedangkan tujuan dari pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:
1. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan bahan-bahan sehingga menyebabkan terhenti atau terganggunya proses produksi.
2. Menjaga agar keadaan persediaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak besar pula.
3. Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan, persediaan juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang/bahan penggantian atau biaya kehabisan bahan atau barang (stock out) relatif besar.
Fungsi utama pengendalian persediaan adalah ”menyimpan” untuk melayani kebutuhan perusahaan akan bahan mentah atau barang jadi dari waktu ke waktu. Fungsi tersebut diatas ditentukan oleh berbagai kondisi seperti :
1. Apabila jangka waktu pengiriman bahan mentah relatif lama maka perusahaan perlu persediaan bahan mentah yang cukup untuk memenuh kebutuhan perusahan selama jangka waktu pengiriman.
2. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar dari yang dibutuhkan.
3. Apabila pemintaan barang hanya sifatnya musiman sedangkan tingkat produksi setiap saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan tersebut dengan membuat tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti fluktuasi permintaan.
4. Selain untuk memenuhi permintaan langganan, persediaan juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang atau bahan pengganti atau biaya kehabisan barang atau bahan relatif besar.
VI.III. Metode Pengendalian Persediaan
Metode pengendalian persediaan, Metode ini menggunakan matematika dan statistika sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan :
1. Jumlah pemesanan optimal
2. Titik pemesanan kembali (Reorder point).
3. Jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan.
VII. MODEL ANALISA PERSEDIAAN
VII.I. JUST IN TIME (JIT)
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta.
Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan. Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
Tujuan dari adanya manajemen menggunakan dan mengembangkan konsep manajemen Just In Time dalam perusahaan dapat dirangkum atas beberapa aspek. Adapun tujuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi proses produksi.
2. Meningkatkan daya kompetisi.
3. Meningkatkan mutu barang.
4. Mengurangi pemborosan
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara :
1. Mengeliminasi atau mengurangi persediaan.
2. Meningkatkan mutu.
3. Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah (sehingga memungkinkan harga jual rendah dan laba meningkat).
4. Memperbaiki kinerja pengiriman.
VII.I.III. Keuntungan dan kelemahan sistem JIT
Keuntungan JIT
1. Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
2. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
3. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
4. Kertas kerja dapat lebih simple.
5. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
Kelemahan JIT
Kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
Outsourcing terbagi atas dua suku kata: out dan sourcing. Sourcing berarti mengalihkan kerja, tanggung jawab dan keputusan kepada orang lain. Outsourcing dalam bahasa Indonesia berarti alih daya. Dalam dunia bisnis, outsourcing atau alih daya dapat diartikan sebagai penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya non-core atau penunjang oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh.
Outsourcing atau alih daya merupakan pemindahan pekerjaan (operasi) dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang dilakukan biasanya untuk memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian kepada hal utama dari perusahaan tersebut. Sistem outsourcing memang untuk sebagian besar orang yang memiliki keahlian atau skill terbatas dianggap sangat merugikan. Namun untuk orang yang memiliki keahlian khusus dan langka menjadi karyawan outsourcing dianggap lebih menguntungkan.
VII.II.I. Kelebihan dan Kekurangan Outsourcing
Kelebihan menjadi karyawan outsourcing :
1. Memudahkan calon karyawan fresh graduate untuk mendapatkan pekerjaan
2. Mendapat pelatihan memadai dari perusahaan penyedia jasa karyawan outsourcing.
3. Memudahkan pencari kerja yang memiliki keahlian khusus memilih perusahaan yang akan mempekerjakan mereka nanti sekaligus menentukan gaji yang akan mereka dapatkan karena para pencari kerja dengan keahlian khusus seperti ini tentunya jarang sehingga menjadi rebutan perusahaan-perusahaan besar.
Kekurangan menjadi karyawan outsourcing :
1. Masa kerja yang tidak jelas karena sistem kontrak.
2. Tidak ada jenjang karir.
3. Tidak mendapat tunjangan.
4. Pemotongan penghasilan karyawan outsourcing yang tidak jelas.
Kelebihan Outsourcing bagi perusahaan
1. Mempercepat proses adaptasi terhadap perubahan bisnis.
2. Manajemen SI yang lebih baik, SI dikelola oleh pihak luar yang telah berpengalaman dalam bidangnya.
3. Dapat mengeksploitasi skill dan kepandaian yang berasal dari perusahaan lain dalam mengembangkan produk yang diinginkan.
4. Bagian dari modenisasi dunia usaha .
5. Meningkatkan daya saing perusahaan dengan efisiensi penggunaan fasilitas dan teknologi.
6. Memfasilitasi downsizing, sehingga perusahaan tak perlu memikirkan pengurangan pegawai
Kekurangan Outsourcing bagi perusahaan
1. Ketidakpastian status ketenagakerjaan dan ancaman PHK bagi tenaga kerja.
2. Perbedaan perlakuan Compensation and Benefit antara karyawan internal dengan karyawan outsource.
3. Pengawasan dan kontrol langsung sulit dilakukan.
4. Informasi merupakan aset berharga bagi perusahaan, jika salah pengelolaan bisa berbalik menjadi bumeran.
5. Loss of flexibility (kontrak diatas 3 tahun), perubahan teknologi baru tidak bisa diadaptasi dengan cepat oleh perusahaan.
6. Adanya hidden cost (biaya pencarian vendor, biaya transisi, dan biaya post outsourcing).
7. Timbulnya ketergantungan terhadap perusahaan penyedia jasa outsourcing.
VII.III. SISTEM PERSEDIAAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
ABC (activity based costing), yaitu menghitung biaya produksi (production cost) berdasarkan aktivitas yang meliputi biaya pra produksi, biaya produksi, biaya adsminitrasi, dan biaya pemasaran baik yang variable maupun tetap. Dalam perhitungannya, biaya dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya yang dapat ditelusur (traceble cost) dan biaya yang tidak dapat ditelusur (non traceble cost). Biaya yang tidak dapat ditelusur dibebankan/dialokasikan ke produk dengan multi tarif sesuai cost pool masing-masing. ABC digunakan untuk laporan internal perusahaan sebagai dasar pembuatan keputusan oleh manajemen, ABC bukan untuk laporan ekternal. Perusahaan yang menggunakan ABC adalah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis barang seperti dalam perusahaan yang menggunakan job order costing.
Dengan cara semacam ini maka biaya-biaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang diserap oleh masing-masing pusat biaya. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk yaitu sebagai berikut :
Metode harga pokok penuh merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode harga pokok penuh ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak eksternal perusahaan.
Metode harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya mempehitungkan biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi. Biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Metode harga pokok variabel ini lebih ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak internal.
1. Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif.
2. Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar.
3. Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management decision making) membuat-membeli yang manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya yang lebih akurat maka maka keputusan yang akan diambil oleh phak manajemen akan lebih baik dan tepat.
4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement), melalui analisa aktivitas, sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien.
5. Memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction), pada sistem tradisional, banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang tersembunyi. Sistem ABC yang transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi.
6. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, piliak manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah.
Menurut Rangkuti (2007) MRP (Material Requirement Planning) adalah suatu system perencanaan dan penjadwalan kebutuhan materialuntuk produksi yang memerlukan beberapa tahapan proses /fase atau dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkanke bahan mentah atau komponen yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat.
Yamit (1999), menyebutkan bahwa MRP merupakan system yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan bergelombang, yang secara tipikal karena permintaan tersebut dependen.
VII.IV.I. Prinsip MRP
1. Dalam penentuan persediaan dengan prinsip pemesanan komponen yang tepat, pemesanan dalam jumlah yang tepat dan pemesanan pada waktu yang tepat.
2. Dalam menentukan prioritas meliputi pesanan dengan jatuh tempo yang tepat dan menjaga jatuh tempo yang valid.
3. Dalam penentuan kapasitas meliputi: merencanakan muatan yang lengkap, merencanakan muatan yang akurat dan merencanakan waktu yang cukup untuk muatan dimasa yang akan datang.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip dari MRP adalah memperoleh material yang tepat pada tempat yang tepat dan diwaktu yang tepat.
Tujuan MRP adalah untuk memperbaiki layanan pelanggan, meminimalkan investasi persediaan dan memaksimalkan efisiensi operasi produksi . Sedangkan filosofi MRP adalah material dipercepat pada saat penundaan jadwal produksi menguntungkan dan ditunda pada saat jadwal ditunda.
MRP banyak digunakan diberbagai jenis industry yang menggunakan aliran proses intermiten dan tidak termasuk proses kontinyu seperti perusahaan minyak dan baja. MRP sangat bermanfaat pada perusahaan yang beroperasi dalam perakitan dan kurang bermanfaat bagi perusahaan pabrikasi. Disisi lain MRP kurang menguntungkan digunakan untuk perusahaan yang memiliki jumlah produksi pertahunnya rendah, terutama pada perusahaan yang menghasilkan produk yang mahal dan kompleks dan yang membutuhkan riset dan design.
VII.IV.IV. Komponen Input dan Output MRP
Komponen Iuput MRP adalah :
1. Data Persediaan (Inventory Record File) Data ini menjadi landasan untuk pembuatan MRP karena memberikan informasi tentang jumlah persediaan bahan baku dan barang jadi yang aman (minimum).
2. Jadwal Produksi (Master Production Schedule) MPS digunakan untuk mengetahui jadwal masing-masing barang yang akan diproduksi, kapan barang tersebut akan dibutuhkan sehingga dapat kita gunakan sebagai landasan penyusunan MRP.
3. Bill of Material File (BOM)BOM digunakan Untuk mengetahui susunan barang yang akan diproduksi, menggunakan bahan apa saja, apakah bahan tersebut langsung kita beli atau kita buat dengan bahan dasar yang lain sehingga jelas dalam menentukan pemesanan bahan-bahan baku agar produksi tetap berjalan lancar.
Komponen Ouput MRP adalah :
1. Memberikan catatan pesanan penjadwalan yang harus dilakukan / direncanakan baik dari pabrik maupun dari pemasok.
2. Memberikan indikasi penjadwalan ulang.
3. Memberikan indikasi pembatalan pesanan.
4. Memberikan indikasi keadaan persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Inventory_turnover
https://skripsi7.wordpress.com/2011/06/30/jenis-jenis-biaya-persediaan/
http://ilmuakuntansi.web.id/jenis-jenis-persediaan/
https://skripsi7.wordpress.com/2011/06/30/jenis-jenis-biaya-persediaan/
http://peoi.org/Courses/Coursesba/acc/acc8.html
http://tongke1.blogspot.co.id/2011/02/pengendalian-persediaan.html
http://kewinlayan.blogspot.co.id/2011/01/economic-order-quantity-eoq-analisis.html
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22182-11.%20%20BAB%20II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar